Kemana Nurani?

sepotong kabut yang menyayat di kegelapan malam
memburu gelap pematang siang

kerakusan di jalanan
tak peduli tidur kita seperti di buru hantu

terkapar kelaparan
menyayat nadi sendiri
memburu sepetak roti
itu bukan hal basi

nanar di pelukan urat kian berkarat
berkilo kilo jalan
tak peduli nanah yg tercecer
demi sesuap nasi
demi setetes pemberhenti lirih
berharap ribuan hati yang tiada peduli
nasib sesama bangsanya sendiri
di biarkan mati


Nganjuk, September 2010

Related Posts by Categories