Pagi, sebelum pukul 5.30

Wati kecil berlari membelah hutan seorang diri
demi ilmu yang dikandung ibu pertiwi
terengah-engah nafasnya memburu perut
berlomba dengan ribuan Do'a yang keluar dari bibir mungilnya

Tangannnya terulur
menggerus nasib yang tertanam di dasar bumi
pada gerandus tanah yang semakin basah
Dia menggebu!
melongok hati yang tak ingin terus-terusan pilu

Wajah-wajah kusam
dengan ribuan mimpi terpendam
pada langit dia cukup menatap
masih ada sejuta harap
Di tanah tandus yang kerap berderap-derap
yang suburnya hanya ada di perut-perut gendut
perenggut sesuap nasi yang kerap batal masuk ke dalam mulut

Wati kecil terus berjalan
menembus hutan dan pematang
tak peduli Gedung DPR bersitegang
yang penting isi kepala harus gemilang

Dia sendirian
menyusuri lembah menapaki sungai membelah lautan
tak mau peduli dengan carut marut kekacauan
baginya hidup adalah pembelajaran

Wati kecil berlarian
ketika bel sekolah berdentangan
ah, ruang kelas bobrok dan gedung terlihat seperti reruntuhan
tak mau pula dia pedulikan
baginya, ilmu bukanlah perdagangan
tapi pengetahuan sebagai bekal masa depan

Ratna Kumala
Nganjuk, 2011

Related Posts by Categories